Transportasi Umum ke Stone Garden

Kamu lagi bosen dengan rutinitas harian? Pengen liburan tapi cuma punya waktu libur sehari? Tenang, destinasi short escape kali ini cocok untuk kamu yang butuh tempat untuk refreshing, khususnya untuk kamu yang tinggal di sekitar Bandung.

Untuk menuju ke destinasi, kami berangkat menggunakan transportasi umum. Perjalanan dimulai dari Stasiun Bandung, kami membeli tiket kereta lokal Cicalengka – Padalarang seharga 5 ribu rupiah. Perjalanan dari Bandung menuju Stasiun Padalarang memakan waktu kurang dari 30 menit.

Sesampainya di Stasiun Padalarang, destinasi pertama yang akan kami kunjungi yaitu Stone Garden. Setelah keluar dari stasiun, kami berjalan kurang lebih 100 meter ke arah kiri gerbang luar stasiun. Tak jauh dari belokan – tepatnya dekat pangkalan ojek, kami menaiki angkot berwarna kuning. Jangan lupa untuk selalu tanya sopirnya sebelum naik, karena menurut salah satu pengemudi ojek yang kami temui, di sana ada 2 angkot berwarna kuning dengan tujuan yang berbeda.

Perjalanan menggunakan angkot cukup memakan waktu agak lama, sekitar 30 menit kemudian – kami diberitahu untuk turun di seberang Jalan Gunung Masigit. Setelah turun angkot, lokasi yang kami tuju ada di seberang jalan. Patokannya adalah Mesjid Al-Ikhlas.

Dari Mesjid Al-Ikhlas ke lokasi, kami masih harus menyusuri jalanan yang cukup panjang – sedikit menanjak, berbatu dan berdebu. Sepanjang perjalanan menuju Stone Garden, tak jarang kami berpapasan dengan truk besar yang mengangkut batu kapur. Oleh karena itu, diharapkan untuk selalu berhati-hati dan tidak ngebut. Sebelum memasuki area Stone Garden, kami harus membayar tiket retribusi sebesar 10 ribu rupiah (pada tahun 2018). Dari loket menuju lokasi kami masih harus berjalan sekitar 100 meter menyusuri jalan kecil yang sudah tertata rapi.

Gerbang menuju Stone Garden

Jika kamu lupa membawa bekal makan, jangan takut kelaparan, di sekitar gerbang sebelum lokasi terdapat beberapa warung yang menjual camilan dan mie rebus.

Sepanjang perjalanan menuju lokasi, kamu akan menemui beberapa monyet kecil di atas pohon.

Setelah berjuang mendaki bebatuan yang cukup besar, kami beristirahat sejenak di salah satu saung. Kondisi cuaca di sana ketika kami berkunjung yaitu sekitar jam 11 pagi sangatlah panas, oleh karena itu kamu harus memilih waktu antara jam 9 pagi atau pada sore hari ketika matahari sudah tidak lagi tepat di atas kepala.

Juga jangan kaget, di atas sana banyak sekali monyet-monyet kecil yang tak jarang menghampiri atau bahkan mengikuti kamu. Menurut salah satu pengurus yang sempat membantu mengusir monyet yang mengganggu kami, jangan pernah menenteng barang karena monyet-monyet di sana sedikit agresif – takutnya barang kalian raib direbut.

Karena kami terus dihampiri oleh monyet-monyet di sana, beberapa jam kemudian kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke destinasi kedua – yaitu Puspa Iptek Sundial.

Meskipun museum ini kerap kami lewati, tetapi baru kali ini kami berkesempatan untuk masuk dan melihat koleksinya. Tiket masuk ke museum Puspa Iptek dibanderol seharga 25.000 rupiah. Seperti namanya, museum ini memiliki koleksi yang berkaitan dengan Sains. Di dalamnya terdapat beberapa koleksi yang bisa kita coba juga.

Kami mengeksplor setiap sudut dan mencoba memainkan beberapa koleksi di museum ini, namun tak lebih dari 20 menit kami memutuskan untuk ke luar karena tidak ada yang bisa kami lakukan lagi. Saya kira museum Puspa Iptek cocok untuk siswa yang masih duduk di bangku sekolah.

Karena waktu sudah menunjukan pukul 5 sore, kami memutuskan untuk menyudahi perjalanan kala itu dan kembali ke Stasiun Padalarang untuk pulang.

Sampai jumpa di cerita short escape selanjutnya!

Leave a comment